PAMEKASAN - Tim Doktor Mengabdi (UB) yang diketuai Prof.Dr.Ir. Moch. Sasmito Djati, MS bersama drh. Widi Nugroho, Ph.D, Dr. Ir. Kuswati, M.S, Prof. Dr. Ir. Tri Eko Susilorini, M.P., Wike Andre Septian, S.Pt., M.Si; Rini Dwi Wahyuni, M.Sc., S.Pt., MP, memberikan edukasi tentang wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada peternak di Pondok Pesantren Al Fatih di Dusun Sumber Papan, Desa Klampar, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, Pulau Madura, Rabu (21/12).
Kegiatan tersebut dilakukan untuk meningkatan kualitas pengelolaan usaha peternakan sapi pedaging, perah, dan fungsi pondok pesantren sebagai pendidikan non formal guna mendukung ketahanan pangan serta penguatan penerapan biosecuriti dalam upaya pencegahan PMK yang didukung dengan inovasi teknologi penanganan limbah dan edukasi sumber serat sebagai pakan utama ternak ruminansia.
Dalam pemaparannya di hadapan peternak salah satu tim DM drh. Widi Nugroho, Ph.D menjelaskan ternak yang terjangkit PMK akan mengalami erosi di sekitar mulut, sehingga menyebabkan nafsu makan ternak berkurang drastis, selain itu erosi juga terjadi pada kuku kaki, sehingga membatasi pergerakan ternak tersebut.
“Pada saat ini dengan penanganan yang cepat virus PMK dapat terkendali dan pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi yang sedang dilakukan, ”katanya.
Baca juga:
Digitalisasi BUMDes Guna Dukung SDGs
|
Dia menambahkan dalam upaya pengendalian dan pencegahan agar tidak terjadi reinfeksi, maka diperlukan penguatan biosecurity yang ketat di tingkat peternakan rakyat maupun industri peternakan.
Untuk menambah imunitas, tim DM juga memperkenalkan bubur PMK untuk menambah dan mengembalikan energi saat ternak tidak mau makan ketika terpapar PMK.
“Komposisi bubur PMK terdiri dari Menir atau juwawut, Beras merah, dan Gula aren. Bahan-bahan tersebut dimasak dan diberikan ke ternak dalam kondisi hangat, ”kata drh. Widi.
Selain edukasi, tim juga memperkenalkan Teknologi Tepat Guna (TTG) penanganan limbah sapi untuk mencapai penguatan biosecurity.
“Kami memberikan hibah mesin grinder untuk feces sapi guna meningkatkan hasil dan added value dari pengolan limbah ternak, serta sprayer untuk sepatu boot yang merupakan salah satu SOP dalam program biosecurity, ” kata salah satu anggota Tim Dr. Ir. Kuswati, M.S
Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak sapi sedang menjadi topik pembicaraan di Indonesia, hingga saat ini kasus PMK dilaporkan terjangkit di 18 propinsi.
PMK menyebar dengan cepat antar ternak sapi, walaupun tidak menular pada manusia. Kejadian ini cukup mengejutkan bagi dunia peternakan mengingat setelah 40 tahun dinyatakan bebas dari PMK.
Kejadian pertama kali yang dilaporkan adalah kejadian di Mojokerto Jawa Timur.
Penyebarannya relatif sangat cepat, mengingat saat ini beberapa kasus telah dilaporkan di 16 provinsi di Indonesia.
Kerugian dari kasus ini tidak hanya sakitnya ternak, namun berdampak ekonomi dan sosial dari peternak.
Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu lumbung ternak di Pulau Madura, dan juga merupakan kabupaten yang terdampak PMK, sehingga perlu dilakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan potensi dan SDM.
Pemberdayaan SDM pada pondok pesantren terintegrasi dengan usaha pertanian dan peternakan.
“Usaha ini tidak hanya berorientasi bisnis tetapi juga untuk kesejahteraan pondok pesantren dan peternak mitra pondok dijelaskan Kuswati selaku anggota dan koordiantor lapang, ”kata salah satu anggota Tim Dr. Ir. Kuswati, M.S.
Prof Sasmito berharap melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di pondok pesantren Al Fatih dan mitra peternak lain dapat membantu memperkecil resiko kejadian reinfeksi PMK.
“Ternak agar bebas PMK memerlukan waktu bertahun-tahun, ” katanya. (Humas Ub)
Copyright © 2017 Jurnalis Indonesia Satu - All Rights Reserved.